Oleh : Dany Pangestu
Karakteristik cuaca dan iklim Indonesia
Wilayah Indonesia terletak di daerah khatulistiwa serta di dua benua dan dua lautan yang menyebabkan terjadinya kondisi cuaca , iklim dan alam yang cukup signifikan dan khas dibanding negara Negara yang berada belahan bumi utara dan selatan. Gugusan pulau kecil maupun pulau besar di Indonesia membawa dampak meteorologi, klimatologi dan geofisika yang tidak sama di setiap tempat.
Peningkatan laju pembangunan serta peningkatan penggunaan gas rumah kaca berbanding lurus dengan peningkatan suhu rata rata di Indonesia. Berdasarkan data BMKG yang ada disebutkan bahwasanya dalam 10 tahun terakhir ini terjadi peningkatan suhu rata rata di Indonesia sebesar 0.85o C sehingga adanya pergesaran pola iklim dan cuaca di Indonesia dari kondisi biasanya. Kondisi ini menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap bencana. Bencana alam memang tidak dapat dihindari tetapi kita dapat meminimalisir dari resiko bencana. Besarnya resiko bencana yang dihasilkan sering dikaitkan dengan kurang pahamnya masyarakat akan karakteristik terjadinya bencana , tidak tersedianya sistem peringatan dini yang handal, ketidakberdayaan masyarakat dalam mengahadapi bencana dan menurun nya tingkat daya dukung alam. Oleh karena di butuhkan ketersediaan informasi di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika yang cepat, tepat, akurat, tersebar luas dan mudah dipahami oleh masyarakat. Itulah motto BMKG yang sering dikumandangkan kepada khalayak masyarakat dan motto inilah yang menjadikan tantangan tersediri bagi observer dan forecaster di BMKG Indonesia sebagai agent of climate change.
Sistem peringatan dini di Indonesia
Melihat kondisi fenomena fenomena signifikan yang terjadi di Indonesia sudah menjadi keharusan bagi BMKG untuk terus meningkatkan layanan meteorologi, klimatologi dan geofisika dan kualitas udara. Untuk itu BMKG telah membangun sistem gawar dini cuaca (Meteorological Early Warning System), sistem gawar dini tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System), sistem gawar dini iklim (Climatological Early Warning System) Pusat Pemantau Siklon Tropis (Tropical Cyclone Centre).
MEWS adalah salah satu peringatan gawar dini dengan kepanjangan Meteorological Early Warning System. Layanan ini di bentuk oleh BMKG dalam upaya antisipasi resiko dari perilaku cuaca yang terjadi. Sistem ini mampu memberikan peringatan dini terhadap perilaku cuaca yang signifikan kepada masyarakat. Sistem ini bekerja melalui citra satelit untuk mempermudah dalam melakukan pengamatan cuaca secara visual dan real time. Salah satunya produk HIMAWARI-8 , satelit buatan jepang yang sudah bekerja sama yang dengan BMKG. Satelit HIMAWARI-8 mampu menghasilkan data data yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, satelit ini mampu melaporkan ; jenis awan, potensi hujan, kanal visible, kanal IR3 water vapor dan vektor angin.
Peran publik sangat dibutuhkan !!!
Pemerintah sudah menyediakan informasi cuaca seluas luasnya dan selengkap lengkapnya kepada publik sehingga publik tidak perlu khawatir lagi untuk mendapatkan informasi tentang cuaca karena informasi tersebut sudah mudah diperoleh dan mudah dipahami. Apalagi di tahun 2017 BMKG akan mengadakan peng-otomatisasi alat alat meterorologi,klimatologi dan geofisika guna mendapatkan data data yang lebih tepat dan akurat dibanding sebelumnya .Hal ini cukup memberikan harapan yang positif kepada masyarakat sehingga paradigma bahwa sulitnya mendapatkan informasi cuaca diharapkan perlahan mulai sirna. Hanya saja keterlibatan dan peran dari publik terhadap informasi cuaca saat ini masih terlihat minim. Partisipasi masyarakat Indonesia terhadap penyebaran informasi cuaca kepada masyarakat lainnya terutama yang memiliki keterbatasan dalam hal informasi masih kurang. Padahal semua pihak memiliki tanggung jawab dan peran dalam hal penyebaran informasi cuaca guna penyebarluasan informasi bidang cuaca, iklim dan kegempaan dapat berjalan baik dan berkesinambungan
0 komentar:
Posting Komentar